Tingkat Sosial Mempengaruhi Penggunaan Variasi dan Gaya Bahasa

Sebagai makhluk sosial, interaksi sosial adalah hal yang lumrah bagi manusia. Salah salu alat untuk berinteraksi adalah sistem bahasa, dalam penggunaannya pada interaksi komunikasi. Tingkat sosial seseorang juga dapat terlihat dalam penggunaan bahasanya, baik gaya bahasa ataupun gaya berbicara. Perbedaan tingkatan sosial membuat manusia membedakan pula gaya bahasa dan gaya bicaranya.
 
Menurut Abdul Chaer dalam bukunya SosiolinguistikPerkenalan Awal mengungkapkan bahwa bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi karena penuturnya yang tidak homogen, dan juga karena interaksi sosial mereka yang beragam. Banyaknya pengguna bahasa dan kebaragaman sosial mereka masing masing akan membentuk yang namanya gaya bahasa, variasi bahasa, atau ragam bahasa.
 
Gambar Oleh Geralt From Pixabay
 
Kita bisa membedakan gaya bahasa tersebut berdasarkan dengan siapa yang menggunakan bahasa itu, kapan dan dimana bahasa itu digunakan, bagaimana status sosial penutur dalam lingkup masyarakat atau bagaimana status sosial penutur menurut lawan bicaranya. Dapat disimpulkan bahwa bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa dan bagaimana situasi keformalan bahasa  tersebut akan mempengaruhi gaya bahasa disamping status sosial.
 
Ada empat macam variasi bahasa yang didasarkan kepada penuturnya menurut Abdul Chaer, yaitu; Idiolek, dialek, kronolek dan yang terakhir adalah sosiolek. Namun yang kita bahas kali ini hanyalah variasi bahasa sosiolek,sesuai dengan judul diatas agar pembahasannya tidak terlalu panjang. Untuk idiolek, dialek, dan kronoleg insya Allah akan saya bahas pada artikel berikutnya.
 
Sosiolek atau dialek sosial adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Dalam kajian sosiolinguistik variasi inilah yang paling banyak dibicarakan dan paling banyak menyita waktu untuk membicarakannya, karena variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti, usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya. (Abdul Caher, 2014: 64)

Bagaimana Usia Mempengaruhi Gaya Bahasa

Dalam kehidupan sehari hari, kita sering memperhatikan interaksi seseorang yang berbeda usia (anak, remaja, dewasa, dan lansia), kita mengetahui adanya perbedaan diantara mereka ketika berkomunikasi atau berbahasa. Gaya bahasa pada variasi ini lebih ke dalam bidang morfologi, sintaksi dan juag kosakata.
 
Ketika kamu memperhatikan ibumu yang sedang bermain dengan adikmu tentu dia akan menggunakan kata yang cocok dan mudah dimengerti oleh adikmu, susunan katanya pun dibuat dengan sederhana. Begitu juga ketika ibumu menyuruh adikmu untuk melakukan sesuatu, dia akan memilih kosakat kusus yang biasa diperuntukkan untuk anak kecil.
 
Dalam bahasa jawa (beberapa juga digunakan dalam bahasa Indonesia) ada beberapa kosakat yang sering dikaitkan dengan anak kecil, anatara lai; Maem (makan), pipis (buang air kecil), eek (buang air besar) bobo (tidur) dan lain sebagainya.
 
Begitupun dengan kamu, gaya bahasamu tentu akan berbeda antara ketika kamu berbicara dengan teman sebayamu dengan ketika kamu berbicara dengan bapak dan ibumu. Kamu akan menggunakan “lo” ketika berbicara dengan temanmu, dan kamu memilih “kamu” ketika berbicara dengan bapak atau ibumu.
 
Image by Free-Photos from Pixabay
Bagaimana Tingkat Pendidikan Mempengaruhi Gaya Bahasa
Berdasarkan tingkat pendidikan kita juga bisa lihat adanya variasi sosial ini. Orang yang beruntung bisa memperoleh pendidikan tinggi akan berbeda gaya bahasanya juga dengan orang yang pendidikannya tingkat menengah, rendah, atau bahkan tidak sama sekali. Perbedaan tersebut sangat jelas terlihat dalam isi pembicaraan, pemilihan kosakata, pelafalan, morfologi, dan juga sintaksis atau cara orang tersebut menyusun rangkaian kata untuk menjadi sebuah kalimat.
 
Pendidikan diera modern ini bukan dari pendidikan formal saja, tetapi juag nonformal. ada orang yang hanya tamatan smp atau sma saja, namun gaya bahasanya bak seorang lulusan perguruan tinggi. Hal tersebut menunjukan pengetahuan sesorang akan mempengaruhi gaya bahasa, dan pengetahuan tersebut tak harus diraih dari pendidikan formal saja.
 
Kamu juga bisa mengamati gaya bahasa tersebut dengan tulisan yang ada di sebuah koran. Koran yang ditujukan untuk kalangan atas, atau kalangan terpelajar akan mempunyai gaya bahasa yang berbeda dengan koran yang ditujukan utntuk kalangan buruh dan kurang terpelajar.

Bagaimana Seks Mempengaruhi Gaya Bahasa

Dilihat dari jenis kelaminnya, ada perbedaan gaya bahasa. Coba kamu perhatikan gaya bahasa emak-emak ketika meresa asik berbicara dengan gaya bahasa bapak-bapak yang sedang asik ngobrol di warung kopi. Mahasiwa dengan mahasiwi juga memiliki gaya bahasa yang berbeda baik ketika dalam kuliah maupun ketika mengobrol santai. Yang lebih mencengangkan lagi adalah, gaya bahasa yang digunakan oleh para kaum LGBT, waria, kamu akan dengan mudah menjudge karena bahasa mereka seolah khusus dipakai oleh kaum LGBT.

Bagaimana Profesi dan Jabatan Mempengaruhi Gaya Bicara

Perbedaan pekerjaan, profesi jabatan, atau tugas para penutur dapat juga menyebabkan adanya variasi sosial. Kalau kamu perhatikan bahasa para buruh atau pedagang kecil, tukang, pengemudi kendaraan umur, para guru, para mubalig dan para pengusaha ada gaya bahasa yang berbeda beda. Penyebab perbedaan tersebut karena lingkungan, tugas mereka, atau yang mereka kerjakan. Perbedaan tersebut dengan jelas telihat dalam pemilihan kosakata.
 
Itulah beberapa perbedaan gaya bahasa berdasarkan tingkat sosial seseorang. Perbedaan tersebut dapat kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Sampai sini dulu, sampai jumpa di artikel berikutnya.
Baca Juga :  Macam Macam Hipotesis Teori Pemerolehan Bahasa