Perubahan Fonologi dan Morfologi Bahasa Indonesia

Perkembangan dunia membawa perubahan pada teknologi dan komunikasi. Perubahan tersebut ada bersifat membangun, ada yang bersifat membuang atau merubah apa yang sudah ada. Secara garis besar perubahan teknologi dan komunikasi tersebut membuat manusia dapat beroperasi dengan mudah.
 
Hal yang sangat urgen dalam komunikasi adalah alatnya. Alat teknologi komunikasi secara fisik telah berkembang, sekarang smartphone dan komputer sudah merata di kalangan masyarakat. Ada juga alat komunikasi yang disebut dengan “bahasa”, karena sesuai dengan etpisimologinya bahwa bahasa adalah sebuah alat untuk komunikasi.
 
Perubahan bahasa terjadi karena menyesuaikan atau disesuaikan oleh pengguna bahasa dengan media komunikasi. Perubahan tersebut terjadi  pada ranah fonologi, morfologi, sintaksis, kosakata dan semantik. Namun pada artikel kali ini saya hanya akan membahas perubahan bahasa pada ranah fonologi dan morfologi saja.
 
Menurut Abdul Chaer dalam bukunya sosiolinguistik Umum mengatakan bahwa perubahan sebuah bahasa lazim diartikan sebagai adanya perubahan kaidah, baik kaidahnya itu direvisi, kaidahnya tidak digunakan lagi, dan munculnya kaidah baru. Dia juga menambahkan bahwa pada bahasa yang sudah mempunyai sejarah panjang, perubahan tersebut terjadi secara bertahap dan berangsur angsur.
 
Gambar oleh Dianne Hope dari Pixabay
 
Mari kita amati perubahan yang terjadi pada bahasa tercinta kita ini. Namun tidak secara terperinci , hanya untuk menunjukkan adanya perubahan pada bahasa Indonesia.

Perubahan Fonologi Bahasa Indonesia

Apa itu fonologi? Baiknya saya terangkan dulu  apa itu fonologi, agar informasi yang ada bisa dicerna dengan baik. Fonologi adalah tataran linguistik yang mempelajari, menganalisa, dan membicarakan runtutan bunyi bunyi bahasa.
 
Jadi bunyi dari setiap kata yang diucapkan ada yang membahasnya juga. Contoh yang dapat kita perhatikan tentang fonologi ini adalah, bagaimana setiap suku atau daerah yang ada mempunyai pelafalan kata (bahasa indonesia) yang berbeda jika didengarkan. Remaja asli jakarta mengucapkan kata buku dengan “buku’ “ seperti ada “k” atau “ ‘ “ diakhir huruf U.
 
Selain itu bunyi vokal rangkap juga menjadi bagian dari pembahasan fonologi. Contoh, bagaimana huruf “ai” diucapkan dalam bahasa Indonesia. Kata selesai di ucapkan dengan [selesa[e]] huruf i-nya tidak kelihatan dan lebih condong ke huruf e. Sedangkan kata menyerupai diucapkan dengan [menyerupai[i]] huruf i-nya kelihatan diucapkan. Pengucapan tersebut berbeda karena huruf “i” pada kata selesai merupakan huruf asli. Sedangkan huruf “i” pada kata menyerupai merupakan huruf imbuhan.
 
Lalu bagaimana dengan perubahan fonologinya?   Contoh pertama terjadi pada kosakata serapan bahasa sansekerta. Kata chidra diucapkan dan dituliskan cedera, kata churika diucapkan dan ditulis dengan curiga, kata dhanda diucapkan dan ditulis dengan denda, kata dharma ditulis dan diucapkan darma, kata diwasa ditulis dan diucapkan dengan dewasa.
 
Contoh kedua terjadi pada kosakat serapan bahasa Arab. Bisa dilihat pada tabel dibawah.
 
Kata Serapan
Ucapan Asli Bahasa Arab
baka
Baqa’
fana
Fana’
amaliah
‘amaliyyah
ilmiah
‘ilmiyyah
umur
‘umr
Sebenarnya masih banyak lagi kosakat serapan yang mengalami perubahan fonologi. Namun saya rasa dengan dua contoh diatas sudah dapat memberikan informasi kepada pembaca bahwa perubahan tersebut memang ada.
 
Contoh ketiga terjadi pada kosakata bahasa Indonesia sendiri. Jika dua contoh diatas terjadi karena karena proses penyerapan kata, maka pada contoh ini perubahan terjadi karena berkembangnya media informasi. Yang mulanya hanya diucapkan oleh sekelompok masyarakat, kini hampir diucapkan oleh semua masyarakat Bahasa Indonesia.
 
Kata berubah
Kata Asli
Sukarno
soekarno
cahaya
tjahaja
noyorono
nojorono
jarum
djarum
sahadja
sahaja
Selain itu perubahan fonologi nbahasa Indonesia juga terjadi pada fonem. Sebelum berlakunya EYD, fonem seperti /f/,/x/,/s/ belum dimasukkan dalam khazabah fonem bahasa indonesia.  Juga terjadi pada pola silabel, yaitu; V, VK, KV, dan KVK,  kini bertambah menjadi KKV, KKVK, KVKK. (V) adalah kode untuk huruf vokal, dan (K) adalah kode untuk huruf konsonan.
 
V
VK
KV
KVK
KKV
KKVK
KVKK
Ini
laut
ambil
sebut
klasik
traktor
tekstual

Perubahan Morfologi Bahasa Indonesia

Perubahan bahasa dapat juga terjadi pada tataran morfologi, hal tersebut karena proses pembentukan kata. Dalam bahasa indonesia kita mengenal proses penasalan dalam proses pembentukan kata dengan prefiks me- dan pe-.
 
Kaidah prefiks me- dan pe- adalah : apabila prefiks tersebut diimbuhkan pada kata yang berawalan konsonan /l/,/r/,/w/,/y/ maka tidak terjadi penasalan. Contoh ; Larang > Melarang, Pelarang. Contoh; Wakil > Mewakilkan, Pewakil.
 
Kalau diimbuhkan pada kata yang berawalan konsonan /b/ dan /p/ maka diberi nasal  /m/.  Contoh; Beri  > Memberi, Pemberi.
 
Jika diimbuhkan pada kata yang berawalan konsonan /d/ dan /t/ diberi  nasal /n/. Contoh; Tarik > Menarik, Penarikan. Contoh; Dapat  > Mendapatkan, Pendapatan.
 
Dan ketika diimbuhkan pada kata yang berawalan konsonan /g/, /k/, /h/ dan pada kata yang berawalan huruf vokal maka diberi nasal /ng/.  Contoh; Garuk> Menggaruk, Penggaruk. Contoh;  Kejar > Mengejar, Pengejar.
Akan tetapi kaidah diatas sulit diterapkan pada kata yang berupa serapan, kita tahu bahwa terdapat banyak kosakata bahasa indonesia yang merupakan serapan dari bahasa asing. Contoh kata Tik, jika diberi imbuhan me dan pe harusnya diberi penasalan /n/, namun pada kenyataannya tidak diberi penasalan /n/. Tik > Mengetik, kalau sesuai kaidah harusnya Metik.
 
Contoh kata Bom, klau diberi prefiks me- atau pe- harusnya diberi penasalan /m/ namun pada kenyataanya tidak diberi penasalan. Bom > Mengebom, Pengebom, kalau sesuai kaidah diatas harusnya diberi nasal /m/ menjadi membom, Pembom.
 
Perubahan fonologi dan morfologi pada bahasa Indonesia akan diterima, atau terpaksa diterima jika banyak masyarakat bahasa yang menggunakan kata baru tersebut, atau perubahan tersebut. Apalagi sekarang media informasi cepat sekali tersebar, dan mudahsampai ke masyarakat. 
Baca Juga :  Macam Macam Hipotesis Teori Pemerolehan Bahasa