Stop Menyebarkan Berita Hoax: Bagaimana Hoax Tersebar di Media Sosial

Media informasi sudah sangat beragam di era modern ini, kabar baik dari ini adalah semakin banyak orang yang  mendapatkan informasi karena media yang sangat banyak dan beragam. Dalam kabar baik tersebut, terselip juga kabar yang kurang sedap didengar, yaitu tidak adanya filter yang dapat menyaring informasi tersebut agar masyarakat jelas mendapatkan informasi yang valid sesuai kenyataan.


Image From Pixabay

Lembaga survei CSIS (Centre for Strategic and International Studies) mengeluarkan sebuah survei tingkat nasional yang berjudul  “Orientasi Sosial, Ekonomi, dan Politik Generasi Milenial”  dengan periode survei 23-30 Agustus 2017 dan Populasinya adalah Warga Negara Indonesia berusia 17-29 tahun, menyatakan bahwa 54,3% generasi milenial (17-29 tahun) mengakses media sosial setiap hari, berbalik dengan non milenial (di atas 30 tahun) yang hanya 27%.


Ramainya aktivitas pada media sosial membuat informasi yang ada cepat sekali menyebar dari akun satu ke akun lainnya, tanpa dibarengi filter penyaring informasi yang tepat. Media sosial Facebook menyatakan bahwa mereka sudah menerapkan algoritma anti hoax, namun dalam pengaplikasiannya masih banyak berita hoax tersebut beredar.

Awal Mula Istilah Hoaks

Tindakan tindakan semacam hoaks tentu sudah berusia sangat tua bahkan lebih tua dari istilah hoaks itu sendiri. Kita ingat bahwa dulu Nabi adam dibujuk oleh iblis yang menyamar menjadi ular untuk memakan buah quldi, iblis tidak mungkin membujuk Nabi Adam dalam bentuk aslinya, dan akhirnya iblis berubah menjadi ular (masuk ketubuh salah satu ular yang ada di surga) dan berhasil membujuk Nabi Adam memakan buah quldi.


Dalam kamus KBBI kata hoaks berarti berita bohong, atau berita yang tidak bersumber. Pendapat lain mengatakan bahwa hoaks adalah sebuah perbuatan menyebarkan informasi yang sengaja disesatkan untuk kepentingan tertentu tetapi “dijual” dengan kebenaran.
Baca Juga :  Apa Pengaruh Hubungan Orang Tua Tunggal terhadap Perkembangan Anak?


Salah satu makhluk tertua yang menyebarkan kebohongan adalah iblis, sebelum iblis diusir dari surga karena membangkang kepada Allah, dia meminta satu permintaan yaitu; diberi kebebasan untuk menyesatakn keturunan Nabi Adam dengan kebohongan kebohongan yang dia anak buahnya perbuat. Dengan begitu, menyebarkan berita palsu untuk menyesatkan seseorang atau kelompok berarti dia adalah anak buah iblis. (maaf kalau kasar)


Istilah hoaks sendiri mulai dikenal sejak tahun 1808, kata hoax dipercaya berasal dari kata hocus yang berarti mengelabui, kata hocus merupakan singkatan dari hocus pocus semacam mantar dalam dunia persulapan .

Bagaimana Hoaks Tersebar di Media Sosial

Tombol share dimana dimana tanpa ada yang mengawasi tombol share tersebut. Siapa yang bertugas mengawasi tombol share, jangan salahkan tombol share lah, oke saya ganti. Harusnya sebagai netizen yang budiman terlebih dahulu kita cek kembali informasi yang kita dapat sebelum kita serap dan kita sebarluaskan. Dan hal tersebut akan terasa sangat sulit, karena untuk melakukannya kita harus banyak banyak membaca, sedangkan budaya membaca sudah sangat minim. Kan ada video youtube gimana sih, jangan salahkan karena jarang membaca lah, oke oke maaf saya ganti. (ganti paragraf aja biar ga dimarahin)


Kebanyakan pengguna sosial akan langsung percaya atau mendukung pada sebuah informasi jika informasi tersebut sesuai dengan harapan, keyakinan, pemahaman, prinsip yang menguntungkan bagi dirinya. Sebagai contoh, ada sebuah informasi tentang bahaya rokok. Bagi mereka yang tidak suka dengan asap rokok atau mereka yang tidak merokok akan pro dengan informasi itu. Namun bagi mereka pecinta rokok, tentu mereka akan memberikan seribu satu alasan agar rokok mereka tidak dinilai buruk.
Baca Juga :  Apakah Hubungan Sosial Berpengaruh terhadap Persepsi terhadap Keamanan?


Diatas adalah bagaimana cara seseorang menilai sebuah informasi, dan informasi diatas bukanlah berita hoaks, karena memang berdasarkan uji laborat rokok memiliki beberapa bahaya. Sangat wajar jika yang kontra dengan rokok menyebarkan berita tersebut, dan itu merupakan hal yang baik karena menyebarkan berita yang benar sesuai data yang ada. Bagi yang pro dengan rokok tentu sangat sedikit yang akan menyebarkan berita tersebut.


Sekarang bagaimana jadinya jika berita tersebut kita ganti dengan berita hoaks. Pada dasarnya berita hoaks adalah suatu kebohongan yang dibuat dengan sengaja guna untuk menyesatkan sesorang atau kelompok dengan dikemas dalam sebuah kebenaran. Kebenaran tersebut adalah sesuai dengan presepsi masing masing pembaca, utamanya pembaca yang pro dengan informasi tersebut. Sikapnya yang pro terhadap informasi tersebut dipengaruhi banyak hal seperti yang saya sebutkan diatas, harapan keyakinan dan lain-lain.


Sikapnya yang pro terhadap informasi tersebut menjadikannya wajar jika menyebarkan berita tersebut, meskipun pada dasaranya berita tersebut adalah kebohongan belaka. Ada banyak faktor yang menyebabkan mereka tidak bisa mendeteksi kebohonga yang ada pada informasi tersebut. Yang tidak wajar adalah, jika orang atau kelompok yang sengaja menyebarkan informasi tersebut, padahal mereka tahu bahwa informasi tersbut adalah kebohongan belaka. Hal tersebut dilakukannya karena mereka merasa mendapat keuntungan jika ada orang atau kelompok yang percaya dengan informasi yang merek sebarluaskan.


Hal terbaik untuk mencegah hoaks dimulai dari diri sendiri, kiat mulai dengan membiasakan untuk mengecek kembali informasi yang kita baca sebelum kita sebarluaskan. Maka kita perlu membangun sebuah kebiasan, yaitu kebiasan membaca informasi yang berdasarkan data yang valid, atau menonton video pada chanel chanel yang sudah terverifikasi dan didukung oleh pihak pihak yang kompeten.
Baca Juga :  Bagaimana Hubungan antara Sosial Media dengan Kesejahteraan Psikologis?


Dengan tidak menyebarkan berita hoaks kita sudah membantu mencerdaskan bangsa, karena mengajar bukan hanya memberikan ilmu, tetapi juga dengan tidak memberikan informasi yang penuh kebohongan.

4 pemikiran pada “Stop Menyebarkan Berita Hoax: Bagaimana Hoax Tersebar di Media Sosial”

  1. Betul gan, kebanyakan sekarang semua hoax dan setiap yang di share di facebook, twitter, dan lain-lain bisa jadi hoax. Karena ketika sebuah artikel di share, yang share tersebut ngak membacanya terlebih dahulu apakah artikel tersebut memang benar-benar terjadi atau ngak. Karena akibat yang di timbulkan nya pun bisa fatal dan bahkan merusak kerukunan bernegara. Thanks sangat bermanfaat gan

  2. Bener banget. tingkat membaca di negara kita masih minim. liat judul aja langsung di share, tidak tahu apa isinya, apalagi kalo judulnya propokativ.

Komentar ditutup.